Langsung ke konten utama

Mesra dengan Mertua (1); Kenali Penyebab Konflik

sumber foto: http://www.muslimahcorner.com

Dear, Kawans,

Beberapa waktu lalu di medsos sempat ramai oleh postingan sebuah 'surat cinta' dari seorang menantu perempuan kepada ibu mertua. Aku sebagai seorang perempuan yang pernah berstatus sebagai menantu dan kelak juga akan menyandang status sebagai ibu mertua tentu saja miris membacanya. Tapi, ah, sudahlah, semoga mereka kini telah berdamai.

Sekarang cerita tentang pengalamanku saja. Semoga nggak bosan membacanya :) agak panjang soalnya.
Begini Kawans, sejak 16 tahun lalu aku mulai merasakan punya mertua (terhitung sejak menikah berarti ya?hihi..) Dan intens bergumul dengan ibu mertua sejak Juli 2011, karena di saat itu aku dan anak-anak pindah ke kediaman mertua dan menemani ibu yang tinggal sendiri sejak bapak mertua meninggal.

Dan kebersamaanku yang penuh liku bersama ibu mertua harus terpisah di 24 Desember 2014 tatkala beliau wafat. Waktu tiga setengah tahun adalah waktu yang sangat singkat bagi mereka yang merindu surga, namun bisa jadi waktu  yang sangat panjang jika tak mampu menikmati setiap prosesnya.

Tentu perjalanan kebersamaan kami tidaklah mulus manis di setiap jengkalnya. Gesekan dan konflik selalu ada. Apalagi kami, aku dan ibu mertua, adalah dua pribadi berbeda yang dipertemukan saat keduanya sudah dewasa (dalam hal umur) dengan karakteristik masing-masing yang jauh berbeda.

Banyak hal kecil yang bisa jadi pemicu konflik. Sebut saja perbedaan kebiasaan. Saya yang mandi paginya setelah pekerjaan rumah beres tentu saja bertolak belakang dengan ibu yang ketika pagi hari keluar kamar sudah  mandi plus berdandan rapi. Hal yang bagi saya bukanlah masalah tentu beda dalam pandangan ibu. 
Dan masih banyak pula contoh lain.Belum lagi jika menyangkut keuangan atau tentang suami, yang notabene anak kesayangan beliau. Hal sensitif ini sangat rentan menjadi sumber masalah.

Kalau begitu, bisa gak sih konflik kita ubah menjadi kemesraan? Kan enak tuh kalau mesra.. Bisa saja, say.. asal tahu tipsnya. 
Tapi sebelumnya, ada baiknya kita cari tahu dulu sebab-sebab munculnya konflik, khususnya antara menantu (perempuan) dan mertua (perempuan), yaa

Nah, menurut pengalamanku, nih, beberapa hal yang biasanya menjadi penyebab konflik mertua-menantu adalah sebagai berikut:
  1. Adanya perasaan cemburu. Kedua perempuan ini mencintai lelaki yang sama. Dan keduanya merasa lebih berhak atas lelaki itu. Dan biasanya sang ibu merasa anak lelakinya ketika sudah menikah menjadi tidak lagi sedekat dulu dengannya. ehem...
  2. Adanya persamaan kepentingan. Kedua perempuan ini merasa sebagai ratu rumah tangga, yang paling tahu dan paling bisa mengatur seluruh urusan. Padahal nobody's perfect, kan?
  3. Sang ibu merasa paling tahu anaknya.Ya pastilah, ibu yang melahirkan tentu sangat tahu tentang anaknya, Tapi kadang lupa bahwa anaknya kini telah menjadi pribadi baru dengan peran baru yang tidak hanya sebagai anak, tapi berlaku pula sebagai suami dan bahkan ayah.
  4. Sifat dasar perempuan itu sendiri yang butuh diayomi, diperhatikan, dimengerti, dihormati dan diteguhkan hatinya. Hal ini pula yang sering membuat perempuan menjadi lebih sensitif dan mudah terbentur konflik dengan sesamanya.
  5. Adanya perbedaan latar belakang budaya, kebiasaan dan karakter. Ini yang biasanya paling sering bikin adem panas. Contohnya tuh di atas, masalah mandi, heuheu.
Jadi, setelah tahu apa-apa saja yang bisa memicu terjadinya konflik, hal selanjutnya yang harus kita pahami adalah bagaimana cara meredamnya supaya konflik tidak meledak lebih hebat.
Tapi sabar, ya, tunggu di postinganku berikutnya. :)
Tetap cantik dan tetap jadi menantu hebat, ya kawans...  

Salam.

Komentar

  1. Top ulasannya... cerita lebih banyak lagi dong tentang pengalaman berinteraksi yang merupakan konflik tak terlupakan dengan mertua...

    BalasHapus
  2. tunggu ya Lina Metal... pasti ada cerita lagi dari menantu metal. Salam Metal!!!

    BalasHapus
  3. Sangat bermanfaat bagi calon mertua seperti saya, mbak dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga calon mertua lo mas.. :)

      Hapus
    2. Tapi saya calon mertua yang menjadi menantu saja belum. haha

      Hapus
  4. SIPPP... pernikahan bukan hanya mempersatukan dua hati, tapi dua keluarga. Dimana di dalamnya ada banyak jiwa.

    BalasHapus
  5. Aku sekarang tinggal di mertua Mba Dini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya to mbak? wah aku selalu salut sama mereka yang tinggal sama mertua. karena itu gak gampang. tp sangat memuaskan kalau bisa menyenangkan beliau ya mbak.. :) sungkem buat mertuanya, mbak

      Hapus
  6. Tips yang oke buat aku kelak, harus sayang sama menantu ya. Belajar dari ibu mertuaku yang sayang sama aku, alhamdulillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, senengnya kalo ada menantu-mertua yang saling menyayangi dan menghargai ky mba Wati..

      Hapus
  7. Bener setuju faktor penyebab konflik bumer biasanya cemburu terhadap kita menantu sebagai istri dari anaknya yang dicintai oleh anaknya, kadang rebutan perhatian, aku kemarin bumer pamer 20hari di rumahku hehe, waduh rasanya gimana gitum dah belajar ngalah, sama aku mandi setelah pr beres bumer pamer mandi sebelum shalat subuh menyebabkan kami jadi telat shalat subuh ciz pada mandi di kamar mandi lamanyam dan budaya adat aku orang jabar, bumer pamer jatim, pe dibilang bumer katanya dia mahborang timur, waduh hello aku juga orang timur bukan orang barat maksudnya bulem ya banyak gesekan masakan pedas atau gak pedas, atau buang sampah juga dikomentarin plus kadang sifat bumer pamer yang harus diladeni sementara aku terbiasa dididik dari keluarga mandiri, ortuku juga kalau kesini minum ya bikin sendiri gak nunggu selalu dibikinin, ku manusia biasa menahan emosi apalagi pulang kerja terus masak ama kudu bikin teh hehe, yah tapi gimanapun klo kata ortuku mungkin cari perhatian atau coba aja refreshing ke marina or mall biar happy, kadang kalau udah tua itu gam9ang tersinggung, merasa benar sendiri juga balik lagi kaya anak kecil yang sangat butuh perhatian kita hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. adem panas kan, Vita. hihi.. eits, tapi jangan sampai 'demam' berkepanjangan yaa.. ada kok caranya meredam segala guncangan yang melanda, hehe, tunggu share lu lagi ya say...
      sungkem buat bumer dan pamer :)

      Hapus
    2. tuh kan aku juga typo, maksudnya share-ku

      Hapus
  8. Walah banyak thyponya maaf, harusnya gitu, coz, lamanya,orang ama bule hihi

    BalasHapus
  9. aku dulu cuma 1 tahun dengan pondok mertua permai mbak (thanks god) ...namun banyak hal positif dibanding negatif sebenarnya. pokoknya jangan dimasukin ke hati n anggap mereka seperti ortu sendiri kalau aku sih mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju mbak, paling penting itu selalu berpikir positif. wong kita sama ortu sendiri juga ga selalu seiring sejalan, to ya. hehe

      Hapus
  10. lagi iki moco tulisanmu....xixixixixixi

    BalasHapus
  11. Ibu mertua saya jauhhh. Jarang bgt ketemu. Secara padang-semarang. Hiks.

    Kl ketemu,terharuu.bumer tipikal ibu yg pendiam, sederhana, pinter masak.
    Sedangkan saya, ceriwis, suka aneh kadang2 wkwk, dan g pinter masak.hiks. #curcol

    Tengs mb din sharingnya.

    BalasHapus
  12. Mbak, aku lum pernah tinggal dg mertua dalam jangka panjang... tapi apa yg njenengan tulis membuatku melek. kudu punya kesabaran dan kesadaran ekstra ya. Salutt denganmu Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. suwun mbak.. aku jg belajar tiada henti mbak..

      Hapus
  13. Aku sejak menikah tinggal sama Ibu mertua, sudah 3 tahun ini berarti :)

    ALhamdulillah, meskipun kadang ada perbedaan, tapi baik2 saja.
    bersyukur banget punya mertua yang baik banget kek beliau. well, setiap orang pasti punya kekurangan kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah mbak Arin, pasti ibu juga seneng punya menantu baik kek mba Arin :) sungkem buat ibu mba..

      Hapus
  14. wah kalau menurut saya istri jangan serumah sama ibu mertua, kalau memang tidak siap, kebanyakan yang sudah sudah terjadi konflik. jarang sekali.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeprat Jepret Bikin Baper

Selain keluarga, apa yang bisa membuatmu rindu rumah? Kalau aku jawabnya: makanan! Ya, makanan kampung halaman selalu menempati ruang tersendiri di hati. Dan lidah tentunya. Satu hal yang amat aku syukuri adalah aku tidak perlu pergi jauh-jauh pulang kampung jika kangen merasakan kuliner tradisionalnya. Tahu kenapa? Ya kan sekarang aku tinggal di kampung... :) Meski Temanggung adalah kampung halaman suami, tapi sudah seperti tumpah darahku sendiri. Hal lain yang membuatku bahagia adalah letak pasar yang berhadapan dengan rumah. Serasa surga.. hehe.  Tinggal nyebrang dan pilih mana yang disuka. Ini pula yang sering bikin kakak ipar cemburu. Karena dia harus menunggu libur lebaran untuk bisa njajan sepertiku. Dan sepertinya dia akan semakin baper kalau lihat jajan pasar dalam foto-foto berikut. KLEPON Dibuat dari tepung ketan yang diuleni dengan air dan sedikit garam. Dibentuk bola, diisi gula merah lalu direbus. Disajikan dalam baluran kelapa parut. Ada sensasi

Menjadi Penari Topeng Ireng, Sebuah Pengalaman Seru

Menjadi penari topeng ireng adalah hal yang tidak pernah terpikirkan apalagi direncanakan sebelumnya.  Tapi ini terjadi pada saya. :) Teman-teman mungkin ada yang belum tahu apa itu Topeng Ireng. Apakah menari dengan memakai topeng yang berwarna hitam? (ireng berarti hitam dalam bahasa Jawa) Saya dulu pernah menyangka demikian. Tapi ternyata salah besar.

Kulit Lebih Sehat dan Cerah dengan Scarlett Brightly Series Meski Menua Setiap Hari