Langsung ke konten utama

Pertama Kali Nonton Ogoh-Ogoh

Meskipun saya ini hanya emak rumahan dengan sedikit pekerjaan sampingan, tetep aja kan yang namanya weekend butuh penyegaran. Emangnya situ doang? :) Begitu juga yang terjadi pada hari Minggu, 2 April 2017 kemarin. Dengan dalih sebagai istri pendamping suami, makanya ketika mas bojo bilang mau ngeliput pawai ogoh ogoh, saya pun mengajukan diri untuk ikut menemani. Keberatan? Enggak tuh, malah si pancuran kapit sendang semua diajak serta. Iyalah, si bapak paham kalau kami ini butuh piknik. Lagian kami juga tahu diri untuk tidak mengganggu pekerjaan beliau.

Jadilah di Minggu pagi menjelang siang yang cerah itu kami meluncur dari Temanggung menuju Semarang. Alhamdulilah jalanan lancar. Sampai di Semarang hampir pukul setengah satu. Kami langsung merapat di Mesjid Agung Jawa Tengah untuk menunaikan kewajiban dan istirahat sejenak sambil menyantap bekal makan siang. Irit bok..

Setelah ishoma, kami bergerak lagi menuju kawasan kota lama. Nitip parkir mobil di belakang Gereja Blenduk. Beruntung kami masih dapat tempat parkir lega, mengingat beberapa titik di kota lama sudah ditutup dalam rangka persiapan pawai.

Karnawal Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh Ogoh
Sejak semalam sebelumnya, si adek yang penasaran dengan ogoh-ogoh (tadinya dia menyebut 'rogoh-rogoh') sibuk bertanya. Si bapak lalu menyuruhnya googling. Dan dia semakin penasaran dengan boneka raksasa menyeramkan itu, ingin lihat secara nyata. Dia mah gak pernah takut sama yang begituan, malah gemes. hehe Dan meski siang itu panas cukup menyengat, dia tetap semangat.

Beruntung kami bisa dapat tempat berdiri di depan panggung di titik nol kilometer, sebagai titik awal pawai. Meski harus berdesakan dan rela gosong karena lupa bawa payung *padahal aslinya juga udah gosong*

Gak nunggu lama, Ibu Wakil Walikota Hevearita Gunaryanti Rahayu tiba dan acara pembukaan karnaval segera dimulai. Karnaval seni budaya lintas agama dan pawai ogoh ogoh ini merupakan agenda tahunan Pemerintah Kota Semarang. 

Bu Wawali membuka rangkaian acara karnaval
Menurut ketua panitia sekaligus Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang, I Nengah Wirta Dharmayana, kegiatan ini mengambil tema: merajut kebhinekaan dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan Kota Semarang.

Acara ini bertujuan untuk memelihara kerukunan lintas agama di kota Semarang dan meningkatkan kunjungan wisata ke Kota Semarang. Terbukti memang tidak hanya warga Semarang saja yang tertarik untuk menyaksikan pawai ini, tapi juga pengunjung dari kota-kota luar Semarang. Saya contohnya. 

Karnaval seni budaya ini diikuti oleh 38 duta seni lintas agama yang keseluruhannya mencapai 1000 orang peserta. 

penampilan tarian dari komunitas Semarang Hebat membuka rangkaian karnawal



 ngeri diseruduk kudanya euy
ayu dan luwes

ogoh-ogoh mini
ini lupa siapa namanya :)

ini siapa pula ya namanya?


peserta dari GPIB Imanuel bawa replika Gereja Blenduk

Konon ceritanya, ogoh-ogoh yang diarak ini mencerminkan sifat buruk manusia. Biasanya setelah diarak ogoh ogoh akan dibakar, ini mempunyai makna bahwa ego dan nafsu pribadi haruslah dihilangkan.

Ada banyak nama ogoh-ogoh sebenarnya, namun yang diarak dalam awai ini ada empat, yaitu Kalinaya, Narasima, Sangyagana dan Larung. Keempat ogoh-ogoh ini diangkat dan diarak oleh para prajurit TNI.

pak tentaranya atraktif :)
ini gak nyeremin malah kocak ya :)

inget raksasa biru siapa gitu..

suka liat pak pemimpin menari mengatur gerak pasukannya

Turut berartisiasi juga dalam karnaval ini duta seni barongsai dan kuda lumping Kridosari Budoyo dari Singorojo, Kendal.

lama juga ga liat barongsay

ini malah yang paling serem hehe

 Juga warga Hindu dari Jokjakarta ikut memeriahkan karnaval ini.

kereta kencana Arjuna


Karnaval seni budaya dan pawai ogoh-ogoh ini berakhir di Gedung Balaikota Semarang, dan ditutup dengan  pertunjukan Sendratari Arjuna Wiwaha di pelataran balaikota. 
Ketua PHDI Semarang I Nengah Wirta mengatakan bahwa, ritual budaya ini bukan hanya milik warga Hindu saja, namun juga lebih dari sekadar pertunjukan seni, acara ini lebih menekankan ada paseduluran warga Semarang ada umumnya.

Rasa penasaran adek tentang wujud ogoh-ogoh terjawab sudah. Akhirnya setelah semua peserta pawai berlalu dan penonton mengikuti rombongan menuju balai kota,  kami pun beranjak dari titik nol kilometer menuju warung makan terdekat. :)

Note: semua foto dalam postingan ini milik anak saya Dio @lanangdiondaru

Komentar

  1. Asik ya mb dini ogoh2 nya.tahu gitu kmrn liat.aku jg dikasih tau temenku.suer baru tahu ogoh2.ada ogoh2 mini juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mini karena yang bawa anak-anak, mbak Ningrum..

      Hapus
  2. Wah rame ya mbak acaranya kmr sempet baca sih mo ada acara ini cuma skr ada bayi ga mungkin ikut acara rame2 yg outdoor begini

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ya, puasa dulu kegiatan outdoor. nunggu si debay gedean dikit :)

      Hapus
  3. Asyik ya mbak...pelesir sambil liputan, eh....kebalik ya?? Liputan sambil pelesir...hehehe

    BalasHapus
  4. Kmrn nonton di spot mana Mba? Ngga ketemu kita...hehehe. kmrn ngga sengaja liat juga pas lg ajak anak2 dan mereka excited bgt

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku kemarin di depan gedung keuangan, depan panggung persis mbak Nia. wah tau gitu janjian kita ya.. :)

      Hapus
  5. Hi mbak..
    Salam kenal.., pertama main di blog mb dini ni.
    Di Jogja tempo hr juga ada..tp sayang, nggak bisa liat. Suamiku pas lembur kerja :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. senangnya didolanin mba Sulis.. makasih ya mbak, salam kenal juga :)

      Hapus
  6. Wahh duo shafa syamil pasti hepi kl liat ogoh2. Emaknya jg blm prmah liat hiks

    BalasHapus
  7. Wahh.. ogoh-ogohnya banyak jenis dan ukurannya ya mbak Dini, hihi..

    Tapi saya takut tuh kayaknya lihat ogoh-ogoh, takut-takut geli gimana gitu.. :)

    Senangnya ini merupakan hiburan buat masyarakat Semarang dan sekitarnya ya mbak, sekaligus nguri-nguri budaya bangsa. Semoga acara spt ini bisa berlangsung rutin tiap tahun ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kok takut mbak? hehe, iya ini jadi agenda tahunan pemkot mbak..

      Hapus
  8. Aihhh asiknya bisa lihat pawai ogoh ogoh plus dapat tempat buat nge-capture yang strategis pula ya mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. asik mbak... beruntung datangnya agak awal :)

      Hapus
  9. Berarti Minggu kemarin itu ramai dngan pawai ha, Mbak. Soalnya di Demak juga ada pawai dalam rangka HUT Demak. Tapi, aku nggak ikutan nimbrung sih karena ada jadwal ke rumah nenek Kak Ghifa. Semoga lain kali juga bisa ikutan lihat pawai rogoh2 ah, hihihi.

    BalasHapus
  10. Ogoh2he medeni yo Mbak. Terbawa2 mimpi nggak tuh? hihihi
    Aku berharap kemarin lewat Smowono :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga mendeni kok mbak... malah serem yg kuda lumping :) maafkan mbak ga lewat atas kemarin

      Hapus
  11. Saat yang sama saya juga mengabadikan ogoh-ogoh di Jogja. Menyenangkan bisa melihat Festival Ogoh-ogoh seperti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh barengan berarti ya? iya anak-anak menikmati..

      Hapus
  12. Seru acaranya ya, Mbak Dini.
    Saya belum pernah melihat langsung festival ogoh-ogoh ini hehehe.
    Semoga bisa menyaksikan langsung.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeprat Jepret Bikin Baper

Selain keluarga, apa yang bisa membuatmu rindu rumah? Kalau aku jawabnya: makanan! Ya, makanan kampung halaman selalu menempati ruang tersendiri di hati. Dan lidah tentunya. Satu hal yang amat aku syukuri adalah aku tidak perlu pergi jauh-jauh pulang kampung jika kangen merasakan kuliner tradisionalnya. Tahu kenapa? Ya kan sekarang aku tinggal di kampung... :) Meski Temanggung adalah kampung halaman suami, tapi sudah seperti tumpah darahku sendiri. Hal lain yang membuatku bahagia adalah letak pasar yang berhadapan dengan rumah. Serasa surga.. hehe.  Tinggal nyebrang dan pilih mana yang disuka. Ini pula yang sering bikin kakak ipar cemburu. Karena dia harus menunggu libur lebaran untuk bisa njajan sepertiku. Dan sepertinya dia akan semakin baper kalau lihat jajan pasar dalam foto-foto berikut. KLEPON Dibuat dari tepung ketan yang diuleni dengan air dan sedikit garam. Dibentuk bola, diisi gula merah lalu direbus. Disajikan dalam baluran kelapa parut. Ada sensasi

Menjadi Penari Topeng Ireng, Sebuah Pengalaman Seru

Menjadi penari topeng ireng adalah hal yang tidak pernah terpikirkan apalagi direncanakan sebelumnya.  Tapi ini terjadi pada saya. :) Teman-teman mungkin ada yang belum tahu apa itu Topeng Ireng. Apakah menari dengan memakai topeng yang berwarna hitam? (ireng berarti hitam dalam bahasa Jawa) Saya dulu pernah menyangka demikian. Tapi ternyata salah besar.

Kulit Lebih Sehat dan Cerah dengan Scarlett Brightly Series Meski Menua Setiap Hari