Langsung ke konten utama

Belajar Esai dan Video di Sapa Sahabat Keluarga


Teman-teman sudah pernah tahu atau dengar tentang Sahabat Keluarga Kemdikbud? Kalau belum tahu tos dulu kita, hehe. Sama dong, saya juga baru tahu seminggu lalu saat ikut acara Sapa Sahabat Keluarga yang berlangsung pada tanggal 18-20 Desember 2018 di Hotel Jayakarta Yogyakarta.


Jadi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kita berupaya membangun sebuah ekosistem pendidikan yang menyeluruh, yang terdiri atas orang tua, Kepala Sekolah, para guru, Komite Sekolah, dewan pendidikan, pegiat pendidikan dan masyarakat keseluruhan, yang cerdas dan berkarakter, dengan salah satunya membuat laman Sahabat Keluarga untuk sarana mewujudkan kemitraan dan mensosialisasikan visi dan misi dari Ditbindikkel Kemdikbud tersebut. 

Saya merasa sangat beruntung terpilih menjadi salah satu dari tigapuluh blogger dan pegiat Taman Baca Masyarakat yang menghadiri acara Sapa Sahabat Keluarga. Ya, Ditbindikkel ingin menyapa seluruh keluarga di Indonesia melalui perwakilan para blogger ini, yang salah satu tugas kami adalah mensosialisasikan program-program pendidikan keluarga. Selain itu, menu utama kami tiga hari itu adalah mengikuti Workshop Content Creator dengan isian belajar menulis esai dan membuat video.

Acara Workshop Content Creator untuk para blogger dan pegiat TBM ini bersamaan dengan Workshop Evaluasi Program Pendidikan Keluarga yang dihadiri oleh utusan perwakilan Dinas Pendidikan dari 21 propinsi dan 40 kabupaten/kota se-Indonesia, sehingga untuk acara pembukaannya, kami para peserta digabung dalam satu ruangan.

Acara pembukaan yang direncanakan mulai pukul 19.00 terpaksa mundur hampir dua jam karena pesawat yang ditumpangi bapak Dr. Sukiman M.Pd, selaku Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, mengalami penundaan penerbangan. 

Akhirnya, sambil menunggu beliau hadir, diisi sharing session dari para delegasi daerah tentang pengalaman selama menjalankan program pendidikan keluarga di daerahnya. Sesi ini sangat membuka wawasan sekali tentang pentingnya pendidikan keluarga dan peningkatan kepedulian lingkungan. Bicara tentang pendidikan keluarga adalah bicara tentang mengawal anak-anak kita tetap berjalan di jalur yang baik. Jika sebuah keluarga menjalankan fungsi sebagai lahan pendidikan dengan baik, maka tujuan pendidikan nasional akan lebih mudah tercapai.

Belajar Menulis Esai 

Tahukah pada siapa kami belajar menulis esai pada acara ini? Namanya sudah tak asing lagi di jagat literasi Indonesia. Seorang penulis ratusan judul buku dan pendiri Rumah Dunia, sebuah tempat belajar budaya, literasi, jurnalistik, sastra, teater, film, musik dan banyak lagi. Dia juga penulis serial legendaris yang pernah dimuat di majalah HAI dulu saat saya masih duduk di bangku SMP hingga SMA. Dialah kang Gol A Gong.

Adalah sebuah kehormatan bisa belajar menulis langsung dari seorang pemilik nama besar. Kang Gol A Gong yang pada minggu lalu mengakhiri kegiatannya Tur Gempa Literasi di Jawa Timur berkenan mampir ke Yogyakarta untuk berbagi bersama kami.

Ini bukan pertemuan saya yang pertama dengan Kang Gol A Gong. Sekitar lima tahun lalu saya pernah dapat kesempatan belajar menulis cerpen pada beliau di Ungaran. Dan sekarang belajar lagi pada beliau tentang bagaimana menulis esai. Selalu ada ledakan-ledakan unik pada setiap pertemuan pembelajaran bersama beliau. Tapi satu hal yang selalu saya ingat dan mengingatkan pada beliau, yaitu jangan takut menjadi apa pun dan menulis apa pun. Bebas dan mandiri. Termasuk jangan takut menulis esai.

Di awal sesi, seperti biasa Kang Gong mengenalkan diri dan keluarganya. Beliau juga bercerita awal mula 'bencana' yang merenggut separuh tangan kirinya. Lalu bagaimana ibu ayahnya mendampingi, mendidik dan membentuk hati dan pribadinya menjadi tangguh. Hingga tak pernah ada rasa rendah diri dan lupa bahwa dia bertangan satu.

Kang Gong kecil dididik ayahnya untuk selalu membaca buku dan berolahraga sehabis salat subuh. "Olah raga akan membuat badanmu segar, dan membaca akan membuat jiwamu sehat," begitu kira-kira pesan ayah Kang Gong. Dan di  kemudian hari Kang Gong mendapat banyak berkah dari kebiasaan masa kecilnya itu. Pada kisaran tahun 1986-1990 Kang Gong menjadi Juara Badminton Cacat se-Asia Pasifik (sekarang Asian Para Games). Dan dari kebiasaan membaca juga membawa Kang Gong pada jajaran penulis ternama dan produktif, keliling hingga 20 negara, menjadi bagian di stasiun televisi nasional. Itu sebabnya beliau merasa derajatnya sangat naik dari membaca dan menulis.

Hmm..., saya sangat tertohok deh. Belum bisa  menjalankan kebiasaan ini pada diri sendiri maupun ke anak-anak. Ah, semoga semangat sepulang workshop ini tidak pudar. Yuk baca. Yuk olahraga. :)

Setelah perkenalan, mulailah kami belajar yang ternyata dibuka dengan permainan. Elah, bermain? tiwase udah serius siapin block note sama pulpen mo nyatet, heheu.
Iya, permainannya bikin simulasi keluarga. Jadi dibentuk kelompok yang pura-puranya di dalam kelompok itu adalah bapak, ibu, dua anak, pembantu dan sopir. Kemudian masing-masing diberi nama dan karakter yang kuat, lalu menemukan masalah-masalah apa yang sering muncul di keluarga itu dan bagaimana penyelesaiannya. 
Di keluarga Sosrokartono (kelpmpok kami), masalah paling sering muncul justru dari pembantu. Pembantunya yang bernama Lidia Kondow ini, seperti namanya punya kebiasaan suka ngondo ngondo (gosipin) majikannya ke para pembantu tetangga. wkk.
Nah, dari games yang sederhana ini, menunjukkan bahwa ternyata dalam sebuah keluarga ada banyak masalah yang bisa menjadi bahan ajar dan kemudian bisa menjadi sebuah ide untuk menulis esai. 

Games kedua adalah pesan berantai. Cara bermainnya sih mirip waktu kita Pramuka dulu, berbisik menyampaikan pesan dari orang pertama sampai orang terakhir. Yang ternyata dari sekian kelompok hanya ada satu kelompok yang pesannya paling tepat. Permainan ini adalah cerminan kita saat memberi pesan atau mengajarkan sebuah nilai ke anak-anak haruslah melalui proses diulang-ulang dan harus sabar.
Foto oleh Fuji Rahman Nugroho

Nah, selanjutnya mulailah belajar tentang menulis esai. 
Esai menurut Kang Gong adalah pendapat pribadi yang merupakan gagasan baru dan disampaikan dengan sudut pandang yang berbeda sesuai subyektifitas penulisnya dan harus menawarkan solusi.
Jika itu opini pribadi tanpa solusi ya bukan masuk golongan esai.

Bagaimana dengan ide? 
Mencari ide untuk menulis esai gak perlu dipikir mumet. Bisa dari keseharian kita dan anak-anak, apayang kita temui di jalan setiap hari, atau dari keresahan-keresahan yang kita rasakan. Intinya sih kudu peka menangkap setiap apa yang kita lihat, dengar dan rasakan aja bisa kok jadi ide. 

Nah, waktu sesi games jalan-jalan di Transmart yang ada di seberang hotel, saya masih kebawa peran jadi pembantu, nih. Lalu tiba-tiba aja kepikiran satu hal, apa ya yang ada di pikiran dan hati seorang pembantu ketika ikut majikannya ke mal? Apakah mereka hanya menjaga anak majikan atau malah ada yang diberi keleluasaan untuk belanja sendiri? Dan banyak pertanyaan lain di kepala. Nah, ternyata kata Kang Gong, dengan mengumpamakan diri kita dengan subyek lain itu bisa mempertajam tulisan kita.

Setelah ada ide atau gagasan, baiknya jangan langsung menulis. Perbanyak dulu data-data untuk menguatkan opini kita. Bisa dari riset data pustaka, searching internet, wawancara, atau turun langsung ke lapangan. Setelah data komplet, barulah kita bisa menulis esai kita. Perhatikan juga rumus 5W1H.
Setelah selesai jangan buru-buru posting. Pastikan kita telah membaca ulang dulu lalu  lakukan revisi hingga  benar-benar yakin dengan opini kita. 

Belajar Membuat Konten Video

Selesai belajar dengan Kang Gong, sorenya kami diajak ke Tebing Breksi, wisata alam bekas penambangan yang meninggalkan sisa bukit batu terjal nan anggun. Baru kali ini juga saya menginjakkan kaki di kawasan wisata ini. 

Pengisi workshop adalah seorang anak muda ganteng enerjik dan santun. Pas banget karena dia adalah satu dari empat anak muda yang tergabung di bendera Film Maker Muslim yang saat saya nulis ini subscriber youtube-nya mencapai 429.100 subscribers. Gile... Dan salah satu karya mereka berjudul Cinta Subuh sudah ditonton lebih dari dua juta viewer. woaaa...

Namanya mas Iqbal. Bukan berlatar belakang broadcasting atau semacamnya. Demikian juga dengan tiga orang lain yang tergabung di Film Maker Muslim. Tapi usaha dan konsistensi membuktikan bahwa mereka bisa membuat video yang menarik dan berkelas, tentunya tetap ada pesan-pesan positif yang disampaikan di setiap filmnya.

Setelah perkenalan, tidak ada materi yang diberikan oleh Mas Iqbal. Tapi kami langsung dapat tugas membuat sebuah video durasi satu menit dengan tema 'bebas' menurut kami dan harus dibuat saat itu juga dengan kamera ponsel. Ladalaahh...., gimanaa ini? 

Saya satu kelompok dengan mbak Sulis, Mbak Tanty dan mbak Lina. Bingung  dengan konsep, akhirnya kami sepakat untuk masing-masing merekam dan menggabungkan video kami nanti saat diedit. Ndelalahnya malah ponsel mbak Tanty ngambek gara-gara keberatan memory. huhuu... sabar ya mbak.

Mbak Sulis yang ponselnya udah ada aplikasi edit video merelakan dirinya menjadi editor ala ala. Dan akhirnya jadilah video kami yang sungguh aneh dan membuat siapa saja yang melihatnya menyesal. hihi. 


Foto oleh: Fuji Rahman Nugroho
Lalu esok harinya kami nobar semua video masing-masing kelompok yang kemudian di-review oleh Mas Iqbal. Ternyata benar, konsep adalah hal penting sebelum membuat video atau film. Untuk membuat video satu   menit maupun film berdurasi satu jam, sama sama dibutuhkan konsep yang matang. Bagaikan tema dan outline dalam sebuah tulisan, konsep ini adalah rangka tubuh video.

Dengan sabar mas Iqbal menerangkan tiga tahapan membuat video yaitu pra produksi, produksi dan post produksi.   Pra produksi berupa ide, skenario, brainstorming skenario, casting, reading, cek lokasi, persiapan art, alat, crew, wardrobe, short list atau story board. Produksi saat syuting. Post produksi berupa editing, music, sound mixing, publishing.

Selain itu mas Iqbal juga menjelaskan tentang pembagian tugas tim produksi.  Tim dalam pembuatan film biasanya ada produser, sutradara, penulis, sinematografi, production designer, line producer, production manager, editor, music score, mixing, colorist, publishing. Semua punya tugas dan tanggung jawabnya masig-masing.

Melengkapi penjelasannya, mas Iqbal juga mengenalkan pada teknis pengambilan gambar, komposisi gambar dan teknis peralihan adegan. Siang itu saya seperti disegarkan kembali tentang apa apa yang sudah pernah saya pelajari duapuluhan tahun lalu. weewww.... lama bangett, hihi.

Tugas seorang Content Creator

Di era digital sekarang ini informasi bagaikan air terjun. Sangat deras tidak terbendung lagi. Bukan hanya informasi nyata yang membangun, hoax pun bertebaran di sekeliling. Di sinilah fungsi seorang kreator konten dibutuhkan. 

Informasi tentang segala lini kehidupan nyatanya dibutuhkan oleh konsumen maupun penyedia jasa informasi. Sosialisasi program-program pemerintah, kedinasan hingga produsen makanan pun perlu disebarluaskan. 

Seorang kreator konten keberadaannya diperlukan untuk membuat konten yang kreatif, menarik, jujur dan tentunya memberi pesan positif dan selalu menyebarkan manfaat. 
Alhamdulillah bisa gabung belajar bersama dalam workshop tiga hari yang padat gizi dan penuh kebersamaan ini. 

Duh, udah kangen lagi deh sama kalian....
Foto oleh: Fuji Rahman Nugroho
foto oleh: Fuji Rahman Nugroho

 



Komentar

  1. Seru ya mbak. Nggak sempat ngapa2in, alhamdulillah materinya padat. Insya Allah bisa melaksanakannya.

    BalasHapus
  2. ahhh...kangen juga dengan mba dini.... :-) Ayo, kapan ke jogja lagi..

    BalasHapus
  3. Mbak diniiii, ah saya juga sudah kangen denganmu ��

    BalasHapus
  4. masih kangen kumpul-kumpul nih. Kangen sama pembantunya keluarga Sosro huahahaha

    BalasHapus
  5. Dapet banyak insight dari acara sapa sahabat keluarga ini

    BalasHapus
  6. Jadi gimana mbak, asik nggak jadi pembantu di keluarga Sosro yang horang kayah ituh? :)))

    BalasHapus
  7. Jadi, workshop 3 hari itu penuh gizi ya? Gizi ilmu dan gizi lemu. Ehh...

    Tapi jadi ngeh jg saya bisa ketemu emak² bloger Solo raya dan Yogya raya yg blm pernah kopdar. Hanya kenal di dumay sj sebelumnya.

    Semoga ilmunya dapat dimanfaatkan ya.

    Salam
    @nuzululpunya

    BalasHapus
  8. Seruuu emang. Nggak rugi dari Solo ikutan ini mba.

    BalasHapus
  9. Salut dengan mba Dini yang sangat menghayati peran menjadi Lidya Kondow hehehe..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeprat Jepret Bikin Baper

Selain keluarga, apa yang bisa membuatmu rindu rumah? Kalau aku jawabnya: makanan! Ya, makanan kampung halaman selalu menempati ruang tersendiri di hati. Dan lidah tentunya. Satu hal yang amat aku syukuri adalah aku tidak perlu pergi jauh-jauh pulang kampung jika kangen merasakan kuliner tradisionalnya. Tahu kenapa? Ya kan sekarang aku tinggal di kampung... :) Meski Temanggung adalah kampung halaman suami, tapi sudah seperti tumpah darahku sendiri. Hal lain yang membuatku bahagia adalah letak pasar yang berhadapan dengan rumah. Serasa surga.. hehe.  Tinggal nyebrang dan pilih mana yang disuka. Ini pula yang sering bikin kakak ipar cemburu. Karena dia harus menunggu libur lebaran untuk bisa njajan sepertiku. Dan sepertinya dia akan semakin baper kalau lihat jajan pasar dalam foto-foto berikut. KLEPON Dibuat dari tepung ketan yang diuleni dengan air dan sedikit garam. Dibentuk bola, diisi gula merah lalu direbus. Disajikan dalam baluran kelapa parut. Ada sensasi

Menjadi Penari Topeng Ireng, Sebuah Pengalaman Seru

Menjadi penari topeng ireng adalah hal yang tidak pernah terpikirkan apalagi direncanakan sebelumnya.  Tapi ini terjadi pada saya. :) Teman-teman mungkin ada yang belum tahu apa itu Topeng Ireng. Apakah menari dengan memakai topeng yang berwarna hitam? (ireng berarti hitam dalam bahasa Jawa) Saya dulu pernah menyangka demikian. Tapi ternyata salah besar.

Kulit Lebih Sehat dan Cerah dengan Scarlett Brightly Series Meski Menua Setiap Hari