Langsung ke konten utama

Road To #2ThGandjelRel

Jangan salah sangka dulu ya, baca judulnya udah kayak promo yang dibikin oleh EO gitu ya? hehe.. Bukan, ini bukan cerita tentang persiapan sebuah event dengan hiruk pikuknya. Tapi ini cerita perjalananku menuju gelaran ulang tahun Gandjel Rel sabtu kemarin.

Sejak mbak admin Gandjel Rel  mengumumkan undangan bahagia ini beberapa minggu sebelumnya, aku sudah langsung melingkari tanggal keramat itu di kalender. Apapun yang terjadi, selama hayat masih di kandung badan, aku berjanji harus berangkat. Betapa tidak? seingatku pertemuan terakhirku dengan para saudara seperguruan *tsaaahh.. sekitar setahun lalu waktu kunjungan ke Penerbit Bentang Jokja. Jadi tidak ada alasan apapun untuk tidak hadir. Fix.

Akhirnya tibalah hari yang ditunggu tunggu, 25 Februari 2017. Bangun pagi lalu aktifitas pagi yang dipercepat. Rencana aku mau keluar rumah jam 6 tepat. Kalau bisa jam 6 kurang malah. Karena perkiraanku lama perjalanan Temanggung-Semarang sekitar 1,5-2 jam an. Jadi nanti misal ada molor-molornya di jalan tidak terlalu kemrungsung (galau) dan bisa datang awal di tekape. Soalnya selalu terngiang di telingaku pesan mbak Uniek The Founder untuk bisa datang on time jam 9 pagi.
Dan sekitar pukul setengah enam aku sempetin wasap dedek unyu Winda Oetomo, kali kali aja bisa nebeng dia dari Banyumanik. Dan Winda pun setuju, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. :) yaitu ketemu di seputaran halte Sukun atau Ada Banyumanik jam 7.30. Gasik memang, karena sekalian mengantar duo jagoannya ke sekolah. okelah kalau begitu...

Etapiii, rencana tinggallah rencana. Yang tadinya mau berangkat jam 6 jadi mundur mundur tampan sampai jam 6.30 lebih. Lebihnya banyak pula, hahaa
Yaudah deh, aku wasap Winda lagi, kubilang ditinggal aja.. Deal.
Dan dimulailah perjalanan itu....

Dari Temanggung ke Banyumanik
Dari depan rumah aku naik bis ke Secang. Maksud hati dari Secang mau naik bis patas Ramayana atau Nusantara ke Semarang. Tapi ternyata sesampai aku di Secang, kata orang di halte, bis yang kumaksud baru saja berangkat. Waktu sudah pukul 07.25. Kalau aku memaksa naik bis patas berikutnya, kira kira ya seperempat samai setengah jam lagi. Tapi kalau aku naik bis ekonomi yang sedang mangkal itu, ya kira kira akan lebih lama lagi sampai di Semarang nanti.

Ah, aku tak mau terburu buru mengambil keputusan. Aku lalu duduk di sebuah bangku di depan warung makan yang belum buka. Aku memohon pertolongan pada Allah seperti yang selalu kulakukan sejak keluar rumah tadi. Minta dimudahkan perjalanan ini. Dan belum lima menit aku duduk, ada sebuah bis patas Damri berhenti di depanku. Menurunkan seorang penumpang. Aku bertanya pada kernetnya kemana jurusan bis itu. Semarang! Ahaa... aku langsung lari dan lompat naik bis itu. Sempat ragu sebenarnya, beneran gak ni bis patas ac? Damri lagi. Terakhir naik bis Damri belasan tahun lalu, itu pun bis kota di Semarang yang kondisinya begitulah...
Tetapi sampai di dalam bis itu aku patut bersyukur. Hanya ada empat penumpang termasuk aku. Kursinya standar, yang penting bersih. AC nya juga dingin. Supir dan kernetnya ramah. Cara nyetirnya pun hati hati meski tetap cepat. Alhamdulillah... Dan yang bikin lebih bersyukur adalah, bayarnya murah. Cuma 20 ribu rupiah saja! Lebih murah 10 ribu dibanding patas yang lain. :) dan aku diantar dengan selamat sampai di pertigaan patung kuda Jalan Setiabudi. (Bisnya ga masuk tol, ternyatah...) 

Dari Patung Kuda ke Pool BlueBird Taxi
Dari sini mau ke pool taxi Blue Bird tempat acara ada beberapa pilihan yang bisa diambil.  Ada bis jurusan terminal Penggaron, ada angkot dengan resiko gonta ganti jalur, ada BRT yang nyaman dengan catatan muter dulu ke dalem kota dan transit untuk ganti jalur, ada Go-jek yang aku belum donlot aplikasinya, ada banyak taxi termasuk Blue Bird yang bisa mengantar dengan aman, ada juga pilihan nebeng teman. Hah!

Disitu aku bilang ke diriku sendiri, aku akan naik apapun yang berhenti duluan di depanku. Tak lama, sebuah bis kecil jurusan terminal Penggaron berjalan pelan. Kucegat dan kucolek, eh.. Aku sudah masuk di dalamnya. Bercampur dengan seorang ibu sepuh dan dua gadis muda. Isi bis bertambah lagi saat berhenti di depan pasar Jatingaleh. Bau belanjaan pasar campur obrolan logat Semarangan ini sudah lama banget tak kurasakan. Dan aku menikmatinya. Tak peduli dengan waktu yang terus memburu. Kunikmati sekali lagi. Alhamdulillah lagi lagi kuucapkan, karena meskipun bis ini alon alon waton kelakon, dia mengantaku dengan suka cita di Pool Taxi Blue Bird beberaa menit menjelang jam 10. telaattt... lariii....

Di Venue Acara Ultah Gandjel Rel
Baru saja kakiku melangkah di pelataran pool sekaligus kantor Blue Bird, seorang bapak menyambut ramah, lalu menggandeng  mengarahkanku untuk langsung ke ruangan di lantai 2. "Ibu naik saja ke lantai 2, lalu belok kiri," katanya ramah. Begitu sampai di atas aku pun menuruti perintahnya untuk belok kiri. Eh, sebelum belok kusempatkan menoleh ke kanan, ternyata hanya ada satu ruangan bertuliskan TOILET! ya iyalah pak, masak mau ulang taunan di toilet :))

Selanjutnya pemirsah, aku hepi banget yang ada. Kenapaa? Ya karena banyak makanan dong! *lalu dikeplak wedges. Ya pastinya karena ketemu mbak mbak blogger yang cantik jelita ramah menawan penuh semangat sepanjang masa.   
Di sini, di Gandjel Rel, aku menemukan sebuah keluarga baru yang hangat dan menyenangkan. Meskipun kami datang dari berbagai latar belakang yang berbeda, tapi aura positif yang selalu saling mendukung -terutama dalam urusan ngeblog- sangat terasa. Tidak ada yang lebih atau pun kurang satu sama lain, yang ada kami saling belajar dan saling memberi semangat. 

Acara yang penuh informasi, bertabur hadiah dan (lagi-lagi) makanan ini nanti aku tulis terpisah aja ya... biar lebih fokus, hehe. 
Akhirnya waktu jualah yang memisahkan kami. Pukul 14.30 acara selesai. Aku harus buru buru pulang kalau tidak ingin kemalaman di jalan. Bersyukur aku dapat teman jalan pulang meski beda arah.
Ada Inung yang mau pulang ke kosannya di Semarang dan mbak Tanty yang pulang ke Kudus.

Dari Pool Blue Bird ke Banyumanik
Rencananya aku mau naik bis jurusan Penggaron-Pudakpayung saja seperti waktu berangkat. Tapi entah kenapa aku jadi tergoda bujuk rayu mbak Tanty yang mengajak naik BRT bareng mbak Inung. "Enak, mbak, bisnya AC, gak sumuk, murah pula," rayu mbak Tanty. Akhirnya aku pun gabung mereka duduk manis di halte BRT. Tapi aslinya bukan karena itu ding, alasan jujurnya karena aku masih gak rela berpisah dengan mereka, masih pengen berlama-lama tukar cerita sama mba Inung yang anggun dan mbak Tanty yang kocak bin ngocol :)

BRT yang ditunggu datang juga. Menepi dengan indahnya. Hup! kami bertiga meloncat ke dalam  kabin. Meski duduk terpisah kami tetap ngobrol, meski hanya tatap mata dan senyum penuh makna. tsaahh...
Iya bener, naik BRT ini cukup nyaman. Apalagi tempat duduk pria dan wanita dipisah. 
Mbak Inung yang baik hati membayar tiket untuk kami bertiga. Rp 3.500,00 per orang. Murah, ya?
 
Mbak Tanty turun duluan karena harus ganti jurusan ke terminal Terboyo. Sedang mbak Inung berpesan padaku untuk turun di halte balaikota dan melanjutkan dengan BRT jurusan Ungaran. 
Aku berisah dengan mbak Inung di halte Balaikota. Mbak Inung akan turun di halte selanjutnya.

Di halte depan Balaikota ternyata penuh calon penumpang. Deretan tempat duduk yang disediakan tak cukup menampung orang orang itu. Malahan lebih banyak orang yang berdiri ketimbang mereka yang kebagian tempat duduk. Sebagian berdiri di gerbang untuk masuk BRT. Cukup membahayakan memang, karena mereka berdiri menggerombol rapat tepat di tepi.

Mungkin karena waktu itu adalah jam pulang sekolah dan kerja, makanya ramai sekali. Bahkan 2 bis jurusan Ungaran terpaksa aku lewatkan karena aku tak mampu berdesakan dengan mereka, selain karena memang bis sudah sangat penuh. 

Namun aku tak mau melewatkan kesempatan ketiga jika bis jurusan Ungaran datang lagi. Aku pun melipir maju dan bersandar di tiang penyangga. Betul saja, beberaa menit kemudian saat bis menepi dan pintunya membuka, aku dengan mudah bisa melompat masuk, meskiii... tempat duduk penuh semua dan aku harus berdiri berdesakan dengan gadis-gadis SMA yang ceria.  Oiya, di bis yang kedua ini aku tak perlu lagi membayar, lho..
Alhamdulillah kedua kaki ini kuat menoang tubuhku yang atletis ini sampai di halte Banyumanik.

Dari Banyumanik menuju rumah     
Halte BRT Banyumanik letaknya di dekat pom bensin, namun sayangnya agak jauh dari agen bis atas Nusantara maupun shelter Sumber Alam. Dalam keadaan gerimis dan ingin buang air kecil aku memutuskan untuk mampir dulu ke toilet pom bensin. Sudah hampir jam setengah lima sore. Mengingat itu hari Sabtu dimana biasanya bis bis penuh penumpang, aku merasa khawatir juga bagaimana nanti kalau tidak kebagian bis. Kembali aku berdzikir, mengingat kebesaran Allah yang sedari pagi selalu memberi kemudahan. Kurapalkan lebih rapat dan pasrah. Apa pun yang terjadi jika itu kehendakNya, pastilah itu yang terbaik. 

Aku berdiri di sudut depan pom bensin. Ujung atap warung rokok menjadi peneduhku dari gerimis. Satu dua bis jurusan Solo lewat, kuabaikan. Ujung pandanganku menatap lurus di kejauhan, di kaca depan sebuah bis yang melaju ke arahku tertulis; JOKJA. Tanpa banyak pikir tanganku melambai dan bis pun berhenti. (sakti ya aku, hihi)

Dalam sekejap aku sudah duduk di kursi bagian belakang bis Nusantara patas jurusan Jokja. Kuselonjorkan kaki, kuregangkan badan, dan kutarik napas, lega.... Langit di luar yang terang perlahan meredup dan gelap. Malam mulai menyelimuti dunia, memberi kesempatan mahkluk Allah untuk beristirahat. Sempat kutuntaskan beberapa bab buku jeng Dedew yang kubeli tadi. Lalu kusudahi dan buku itu kusimpan di dalam tas.

Perutku mulai menggeliat, antara lapar dan mual. ah, asam lambung ini selalu ikut kemana aku pergi. Lalu kupaksa mataku untuk memejam sejenak untuk meredam gejolak di dalam perut. Kutarik napas panjang dan hembuskan perlahan. tiga kali saja. Perut kupegang sambil pikiranku terpusat untuk tidak merasakan mual lagi. alhamdulillah mual itu perlahan sirna.

Perjalanan pulang malam itu lancar. Saat aku turun di pertigaan Secang, sebuah bis jurusan Wonosobo sedang ngetem di sana. Langsung saja aku naik dan bis pun melaju. Finally, sampai juga aku kembali di kampung. Turun bis, mampir warung beli capcay sekadar untuk buah tangan sekaligus makan malam anak-anak. :)

  

Perjalanan dua belas jam lebih di hari itu memang melelahkan. Tapi rasa lelah itu tak sebanding dengan semua kenikmatan yang kuterima. Pergi dan kembali ke rumah dengan selamat, segala kemudahan dalam perjalanan, bertemu dengan teman-teman yang lama tak berjumpa dan semua dalam kondisi sehat, bisa berbagi cerita dan kesenangan dengan teman-teman, mendapat banyak ilmu dan pengalaman baru, bisa me time, serta suami dan anak-anak yang sangat pengertian. Lalu apa lagi? Apakah ada alasan untuk merasakan lelah? No. 

Perjalanan separuh hari itu mengingatkanku tentang satu hal. Allah Maha Baik, Allah Maha Asik. Tak pernah aku dibiarkanNya bingung sendiri. Kemudahan demi kemudahan diberikan padaku. Meski aku malah sering mengabaikanNya. *menyesal.

Malam makin larut. Kubenamkan tubuhku dalam selimut, memeluk Shofi yang terlelap sejak aku bercerita tadi.






  

 

   



   

Komentar

  1. Wah setrong tenan mbak satu ini. Prjalanan jauh plus oper2 dijabanin. Noted: ingat Allah saat susah senang. Maka Dia pun selalu ingat kita. *terharuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah aku setrong karena Allah.. kangen dirimu dek..

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
  2. Balasan
    1. sami sami... sayange arkaan dah gak mau takgendong.. :)

      Hapus
  3. demi ketemu aku mesti sampai bela-belain datang ke Semarang :D

    BalasHapus
  4. Pengalaman tiada tara... Tapi cukup terbalaskan ya mbak ketika ketemu teman2 seperjuangan...hahah Selamat ulang tahun ya mbak....

    BalasHapus
  5. Mbak..aku baca mpe tuntas
    Kau selain cancyikk jg lucu yaa..
    Luv you pull pokoke...😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah aku merasa terhormat sekali ni budos nyempetin baca, mpe tuntas pula.. luvyutuu budos...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeprat Jepret Bikin Baper

Selain keluarga, apa yang bisa membuatmu rindu rumah? Kalau aku jawabnya: makanan! Ya, makanan kampung halaman selalu menempati ruang tersendiri di hati. Dan lidah tentunya. Satu hal yang amat aku syukuri adalah aku tidak perlu pergi jauh-jauh pulang kampung jika kangen merasakan kuliner tradisionalnya. Tahu kenapa? Ya kan sekarang aku tinggal di kampung... :) Meski Temanggung adalah kampung halaman suami, tapi sudah seperti tumpah darahku sendiri. Hal lain yang membuatku bahagia adalah letak pasar yang berhadapan dengan rumah. Serasa surga.. hehe.  Tinggal nyebrang dan pilih mana yang disuka. Ini pula yang sering bikin kakak ipar cemburu. Karena dia harus menunggu libur lebaran untuk bisa njajan sepertiku. Dan sepertinya dia akan semakin baper kalau lihat jajan pasar dalam foto-foto berikut. KLEPON Dibuat dari tepung ketan yang diuleni dengan air dan sedikit garam. Dibentuk bola, diisi gula merah lalu direbus. Disajikan dalam baluran kelapa parut. Ada sensasi

Menjadi Penari Topeng Ireng, Sebuah Pengalaman Seru

Menjadi penari topeng ireng adalah hal yang tidak pernah terpikirkan apalagi direncanakan sebelumnya.  Tapi ini terjadi pada saya. :) Teman-teman mungkin ada yang belum tahu apa itu Topeng Ireng. Apakah menari dengan memakai topeng yang berwarna hitam? (ireng berarti hitam dalam bahasa Jawa) Saya dulu pernah menyangka demikian. Tapi ternyata salah besar.

Kulit Lebih Sehat dan Cerah dengan Scarlett Brightly Series Meski Menua Setiap Hari