Langsung ke konten utama

Menjadi Penari Topeng Ireng, Sebuah Pengalaman Seru

Menjadi penari topeng ireng adalah hal yang tidak pernah terpikirkan apalagi direncanakan sebelumnya.  Tapi ini terjadi pada saya. :)

Teman-teman mungkin ada yang belum tahu apa itu Topeng Ireng. Apakah menari dengan memakai topeng yang berwarna hitam? (ireng berarti hitam dalam bahasa Jawa) Saya dulu pernah menyangka demikian. Tapi ternyata salah besar.




Mengenal Topeng Ireng

Topeng Ireng adalah kesenian tradisional yang berkembang di wilayah Kabupaten Magelang dan sekitarnya. Merupakan tarian kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, kesenian ini sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda dan bermula di masyarakat sekitar lereng Merapi-Merbabu. Pada masa itu, pemerintah penjajah melarang masyarakat berlatih bela diri atau pencak silat. Lalu masyarakat memodifikasi gerakan pencak silat ke dalam bentuk tarian. Dan jadilah tari Topeng Ireng ini.

Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata toto lempeng irama kenceng. Toto artinya menata, lempeng artinya lurus. Irama yaitu nada, dan kenceng artinya keras. Jadi para penari ketika menari selalu berada dalam barisan yang lurus dan rapat dengan iringan irama musik yang keras dan menghentak.

Irama musik dari iringan gamelan dan syair lagu berisi nasehat dan islami, karena dulu tarian ini juga dipakai sebagai sarana syiar. Selain itu, tarian dengan gerakan yang tegas ini menggambarkan kekuatan fisik masyarakat lereng gunung saat bertarung maupun bersahabat dengan alam.

Tarian ini mempunyai nama lain yaitu Dayakan. Alasannya yaitu kostum bawahan pemainnya menyerupai busana suku Dayak. 

Merasakan Menari Topeng Ireng

Tahun 90'an hingga sekarang Topeng Ireng ini mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat dan meluas. Tidak hanya di wilayah Kabupaten Magelang saja namun merambah ke daerah sekitarnya., seperti Kabupaten Temanggung tempat tinggal saya sekarang. Bahkan bisa ditemukan kesenian ini hampir di setiap kecamatan.  

Tarian ini kini sering dipentaskan saat peringatan hari kemerdekaan atau hari hari khusus di desa misal bersih desa, khataman jelang puasa dan festival rakyat. Sekarang hanya berfungsi sebagai hiburan saja. 

Nah di lingkungan saya tinggal ini, tepatnya di lingkungan Kenalan-Kelurahan Kranggan Temanggung, setiap jelang bulan Agustus mulai ramai warga dari anak kecil hingga dewasa mempersiapkan diri untuk menyambut perayaan kemerdekaan. Salah satunya kelompok tari Topeng Ireng yang penarinya terdiri dari ibu-ibu dan remaja putri.

Pertama kali melihat tarian ini saya terpesona dengan kostumnya yang menarik. Lalu pada gerakannya yang sederhana namun tegas, dinamis dan kompak. Irama musiknya yang rancak juga mengajak badan untuk bergerak mengikuti irama.

Pada saat melihat para penari latihan, tiba-tiba saja muncul keinginan untuk mencoba bergabung ikut menari. Namun saya urungkan karena malu juga rasanya. Jadinya ya cuma ngangguk angguk kepala saja sambil haha hehe.

Namun sesampainya di rumah saya mencoba browsing tentang sejarah Topeng Ireng ini dan menemukan seperti yang saya tulis di atas. Lalu saya berpikir gak ada salahnya dong ya kalau mencoba ikut menari. Dan fix, keesokan harinya saya ikut latihan menari Topeng Ireng ini dan disambut meriah oleh teman-teman penari lain. hehe

Awalnya hanya meniru gerakan teman di depan saya sambil mengingat-ingat urutan gerakannya. Ternyata meskipun tampak sederhana tapi butuh usaha banget untuk mengingat gerakannya. Selain itu, gerakan yang banyak lompatan-lompatan kecil, jongkok berdiri,jalan berbaris dan memutar ini cukup lama juga, berdurasi antar 20-30 menit. Jadi benar-benar menguras tenaga. Tapi saya sih seneng, karena berat badan turun 2 kilogram. Lumayan...

Alhamdulillah hanya dengan tiga minggu latihan saja saya bisa mengikuti dan mengimbangi gerakan teman-teman yang lain. Kaena memang sebenarnya gerakan tari  ini cukup mudah diikuti.

Hingga tibalah saat yang dinanti, Pentaaassss!!!
Butuh waktu lebih dari satu jam untuk memersiapkan riasan dan kostum. Wajah dirias dengan warna yang mencolok dan goresan riasan serupa suku Indian. Mahkota kepala dari bulu bulu indah menyerupai suku Indian juga menghias kepala setiap penari. Rok bawahan berumbai juga warna warni. bagian badan memakai kostum yang bernama badong, yang menutup dada, berwarna senada dan berkerlip. Alas kaki mengenakan sepatu dan memakai kelintingan di sepanjang betis. Ada sekitar 200 kelintingan di sepasang kaki. Kelintingan ini yang menimbulkan bunyi riuh di setiap gerakan.

Iringan musik yang rancak, gemerincing ribuan kelintingan yang bergoyang mengikuti hentakan kaki setiap penari, ditambah  tepuk tangan penonton makin membuat semangat kami memuncak. Gerakan yang kompak makin apik dengan kostum yang eyecatching.

Kami yang notabene adalah emak-emak tak kalah dengan para penari remaja, hehe. Malah ada penonton yang bilang kalau gerakan kami lebih ganas. Wakakak.. maklumlah, the power of emak-emak kan gas pol.

siapa inih??

Alhamdulillah, biarpun ngos ngosan, tapi lega banget berhasil menampilkan semaksimal yang kami bisa. Penonton senang, kami pun girang, bisa ambil bagian di perayaan kemerdekaan RI sekaligus melestarikan kesenian tradisional.

Oiya, kalau ingin menyaksikan atau mengundang kelompok kesenian Topeng Ireng Rimba Selery kami ini bisa loh japri saya. Harga nego deh :)

Jadi begitu teman-teman pengalaman saya menari Topeng Ireng. Kalian punya pengalaman serupa kah? Cerita di komen, ya. Sampai ketemu di postingan lainnya, dan Selalu Cintai Kesenian Tradisional Kita!

Salam Krincing!!
*hentak kaki pakai kelintingan😀

Referensi:
- pengalaman pribadi
- Wikipedia

Komentar

  1. Wah cerdas jg ya mengubah latihan beladiri jadi seperti tarian :)

    BalasHapus
  2. Kostum tariannya Bagus ya mba.. Aku udah lama banget gak nari..

    BalasHapus
  3. Mbak dini emang seniman sejati, jago baca puisi, jago nari pula, aku gak bisa nari kalau bumerku bisa nari tradisional 😀

    BalasHapus
  4. Mbaksaiiii... ah makin cinca aku padamuuuh... itu riasannya manglingi banget. Laaaf pokokmen

    BalasHapus
  5. Baru tau euy mbak dini jago nari juga. Multitalenta banget. Kereennzzz

    BalasHapus
  6. Kadang aku ngerasa kangen nari tradisional. Terakhir kali nari keknya SMP. mulai SMA udah nggak pernah lagi. Btw cantik banget mb Dini pake make up gitu

    BalasHapus
  7. Seru banget mbak Dini, anak saya paling suka nonton parade tarian

    BalasHapus
  8. matab...aku jd keinget ada di daerah kranggan sebagai pengrajin topeng, tp yg ini topeng benenran ya..topeng khas temanggung, blm aku tulis

    BalasHapus
  9. Mba DIni Kerenn! seru banget sih Mba...

    AKu keknya baru pernah lihat di TV pas ada liputan di seputar gunung Merapi. hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kostumnya ramai, warna-warni, cakep. Mirip baju adat Dayak.

      Hapus
  10. Kostumnya kok mirip dayak ya Din... baru ngeh juga ada tari topeng ireng.. eh itu ada upacara khusus ga sih pas para penari pentas?

    BalasHapus
  11. Kostumnya keren.
    Baru ini kali ya nama tari topeng tapi penarinya nggak pakai topeng

    BalasHapus
  12. bagus kostumnya, tapi kok gak pake topeng, padahal judulnya penari topeng ireng :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeprat Jepret Bikin Baper

Selain keluarga, apa yang bisa membuatmu rindu rumah? Kalau aku jawabnya: makanan! Ya, makanan kampung halaman selalu menempati ruang tersendiri di hati. Dan lidah tentunya. Satu hal yang amat aku syukuri adalah aku tidak perlu pergi jauh-jauh pulang kampung jika kangen merasakan kuliner tradisionalnya. Tahu kenapa? Ya kan sekarang aku tinggal di kampung... :) Meski Temanggung adalah kampung halaman suami, tapi sudah seperti tumpah darahku sendiri. Hal lain yang membuatku bahagia adalah letak pasar yang berhadapan dengan rumah. Serasa surga.. hehe.  Tinggal nyebrang dan pilih mana yang disuka. Ini pula yang sering bikin kakak ipar cemburu. Karena dia harus menunggu libur lebaran untuk bisa njajan sepertiku. Dan sepertinya dia akan semakin baper kalau lihat jajan pasar dalam foto-foto berikut. KLEPON Dibuat dari tepung ketan yang diuleni dengan air dan sedikit garam. Dibentuk bola, diisi gula merah lalu direbus. Disajikan dalam baluran kelapa parut. Ada sensasi

Kulit Lebih Sehat dan Cerah dengan Scarlett Brightly Series Meski Menua Setiap Hari