Tidak terasa sebentar lagi sulung kami sudah memasuki usia duapuluh tahun. Wow, cepat sekali waktu berlalu. Rasanya baru kemarin hamil dan melahirkan bayi, eh tahu-tahu si bayi sudah dewasa.
Meski sudah duapuluh tahun lebih sejak dinyatakan hamil dulu, masih teringat bagaimana berdebarnya menjalani fase baru kehidupan sebagai ibu hamil. Tidak hanya saya sendiri yang merasakan, tapi juga bapak-ibu yang begitu bersemangat menyambut calon cucu pertamanya. Tentulah saya dan kandungan mendapat perhatian yang begitu istimewa.
Bapak sebagai pensiunan perawat sangat memperhatikan asupan gizi dan vitamin yang saya butuhkan. Ibu pun tak kalah seru ketika menyiapkan berbagai menu dan persiapan baju-baju bayi. Heboh seluruh rumah, termasuk kakak dan adik yang menjadi calon pakde dan calon tante saat itu.
Curahan kasih sayang yang luar biasa dari keluarga ini cukup menambal kekhawatiran saat suami sedang bekerja di luar kota dan menambah kekuatan yang sangat dibituhkan oleh perempuan yang sedang hamil.
Namun demikian, sebagai seorang Jawa yang tumbuh dalam lingkungan tradisional, saya juga menerima banyak limpahan wejangan dari orang tua tentang bagaimana menjaga kehamilan dan mempersiapkan kelahiran. Tentunya semua itu wejangan baik yang juga bermaksud baik. Meskipun ada beberapa hal juga yang saya pikir tidak masuk akal dan hanya mitos belaka. Tapi ada pula yang masuk di nalar.
Beberapa wejangan dari orang tua yang pernah saya terima saat hamil dulu contohnya seperti berikut ini.
Jangan Menjahit
Konon katanya, kalau seorang ibu hamil menjahit nanti ketika bayinya lahir akan ada bagian tubuh bayi yang cacat atau bibirnya sumbing. Salah seorang teman saya waktu itu menguatkan kabar ini dengan cerita bahwa tetangganya pernah menjahit saat hamil kemudian bayinya lahir dengan kondisi daun telinga seperti ada bekas lubang jahitan. Serem juga dengarnya, ya.
Waktu mendengar itu saya tetap mencoba berpikiran positif. Lalu bertanya, kalau para wanita yang berprofesi sebagai penjahit itu apa iya akan tidak menjahit selama sembilan bulan? Bisa stres dong karena gak ada pemasukan, hehe.
Selama hamil itu pun saya beberapa kali menjahit manual dengan tangan. Alhamdulillah anak kami lahir baik tanpa ada sesuatu yang dikhawatirkan seperti yang diceritakan teman tersebut.
Jangan Duduk di Depan Pintu
Berkali-kali ibu mengingatkan untuk tidak duduk di depan pintu. Sedangkan saya paling suka duduk di pintu dapur, mencemil makanan sambil memandang kebun belakang rumah yang penuh tanaman pisang. Rasanya segar dan teduh di hati.
"Minggir, jangan duduk di pintu nanti anakmu susah lahirnya."
Tentu saja saya menurut untuk bergeser masuk rumah atau ke samping rumah sekalian. Bukan karena takut nanti saya kesulitan saat melahirkan, tapi lebih ke tidak mau menghalangi orang yang akan keluar masuk melewati pintu itu. Begitu saja, sih.
Jangan Membunuh Hewan
Meski itu kecoa atau ulat sekalipun, jangan dibunuh. Mitosnya, kalau seorang ibu hamil atau suaminya membunuh atau menyakiti binatang, maka kelak anaknya ketika lahir akan mengalami cacat sebagaimana saat binatang tersebut dibunuh atau disakiti.
Buat saya pribadi, mitos ini bermaksud baik, yaitu untuk tidak menyakiti sesama mahkluk hidup meski itu seekor binatang, dan juga mengajarkan kasih sayang pada bayi yang sedang dikandung.
Jangan Mengibaskan Baju Bayi Saat Menjemur
Saat menjemur baju, kadang kita mengibaskan baju setelah memerasnya. Hal ini dilarang ketika akan menjemur baju bayi. Katanya, bisa mengakibatkan bayi kita nanti kagetan dan napasnya tersengal-sengal.
Buat saya hal ini agak tidak masuk akal. Tapi ya tetap saja saya tidak mengibaskan baju bayi saat hendak menjemurnya. Toh baju bayi juga rata-rata tipis dan cepat kering, kan.
Membuka Semua Pintu Saat Akan Melahirkan
Saat waktunya untuk melahirkan tiba, ibu membuka semua pintu rumah maupun pintu lemari dan juga jendela. Kemudian beliau juga melumuri setiap engsel pintu dengan minyak, berharap saya diberi kemudahan saat melahirkan jabang bayi untuk pertama kalinya.
Apapun itu, saya tetap menghormati keyakinan ibu dan tulus memohon doa beliau yang juga telah berjuang melahirkan saya. Meski saya juga mempercayakan kelahiran ini pada kekuasaan Allah yang bekerja sama dengan seluruh tim medis.
Aplikasi Kesehatan Asli Indonesia
Kalau mengingat masa-masa itu kadang geli sendiri meski banyak juga harunya. Sebagai calon ibu saya banyak mencari informasi dan pembanding melalui tabloid dan majalah. Waktu itu saya belum kenal internet.
Banyak informasi yang saya dapatkan saat itu berbenturan dengan apa yang ibu sampaikan. Pernah suatu kali ibu agak emosi dan mengungkapkan gerutunya, "anak sekarang itu nurutnya sama buku, bukan sama orang tua." Lalu saya pun harus pintar-pintar mencari cara untuk menyampaikan sebuah pendapat atau gagasan baru kepada ibu. Ah, kalau ingat ini bikin mewek, jadi kangen ibu.
Nah tapi, kalau sekarang ini tidak perlu bingung untuk mencari informasi tentang kesehatan karena ada aplikasi kesehatan yang mudah diakses dan lengkap. Kita bisa install aplikasi ini di ponsel dan seluruh informasi kesehatan ada di genggaman.
Beberapa layanan yang tersedia di Halodoc antara lain: chat dokter, beli obat, buat janji dengan dokter, layanan cek laboratorium di rumah dan informasi seputar kesehatan terkini hingga mencari rumah sakit terdekat.
Dengan berbagai layanan ini maka kita bisa menekan kekhawatiran atas mitos dan menambah ketenangan karena mendapatkan informasi akurat dan kemudahan menjangkau layanan kesehatan. Jadi, jangan ragu lagi untuk segera install aplikasi ini di ponsel.
Komentar
Posting Komentar